Di tengah arus globalisasi dan dominasi produk massal, kerajinan tradisional Melawi muncul sebagai penanda identitas yang tak tergantikan. Buku ini tidak sekadar mendokumentasikan kriya lokal, melainkan mengangkatnya sebagai ekspresi budaya, kekuatan ekonomi berbasis komunitas, dan warisan nilai yang hidup.

Melalui benang, rotan, dan pewarna alami, perajin Melawi—dari masyarakat Dayak, Melayu, hingga etnis lainnya—menenun kisah leluhur dan filosofi hidup mereka. Setiap karya mengandung makna mendalam, menjadi pengingat bahwa budaya adalah napas yang terus bergerak, bukan sekadar benda mati.

Dari sudut ekonomi, buku ini mengajak pembaca melihat kriya sebagai wujud kewirausahaan sosial yang menempatkan perajin sebagai pelaku utama, bukan sekadar produsen pinggiran. Dalam dunia yang terus berubah, kerajinan lokal menawarkan ketahanan dan kesinambungan: nilai, bukan hanya nilai jual.

Dengan bahasa yang reflektif dan naratif, buku ini menjadi ajakan untuk memaknai ulang arti kemajuan—bukan dengan meninggalkan masa lalu, melainkan merawat dan menumbuhkannya dalam bentuk baru. Sebuah jembatan antara akar dan langit, antara desa dan dunia, antara warisan dan masa depan.