Menenun Makna: Dari Rindu, Luka, dan Tawa di Balik Seragam Santri adalah kumpulan cerpen yang merangkum sepuluh kisah penuh warna dari kehidupan santri. Di balik lantunan doa, jadwal padat, dan kesederhanaan pondok, tersimpan cerita tentang rindu yang menyesakkan, tawa yang menghibur, luka yang membekas, hingga doa yang menjadi penopang di tengah perjuangan.

Setiap cerita menghadirkan nuansa yang berbeda—dari humor ringan dalam Sepenggal Tawa di Balik Rimpu Mantika, kerinduan mendalam dalam Boneka, Ibu, dan Peluk Terakhir di Bima, refleksi spiritual dalam Ayat demi Ayat, Air Mata pun Mengalir, hingga kesadaran sosial dalam Luka di Sudut Gudang. Kisah-kisah ini bukan hanya milik santri, melainkan cermin bagi siapa saja yang pernah merasakan gejolak tumbuh, rindu pada rumah, luka oleh perlakuan, atau bahagia oleh persahabatan.

Lebih dari sekadar hiburan, buku ini adalah ruang refleksi tentang arti kesabaran, keikhlasan, pengorbanan, dan kekuatan iman. Menenun Makna menghadirkan suara-suara muda yang menulis dengan hati, mengingatkan kita bahwa tumbuh dewasa bukanlah hal mudah, tetapi selalu mungkin jika dijalani dengan tekad, doa, dan cinta yang tulus.