Tidak mudah menulis tentang lara, delapan tahun cerita itu baru dapat terselesaikan. Ntah berapa banyak keheningan, sepi, air mata yang (mungkin) habis berurai di antara perih dan luka itu. Kisah ini adalah jalan setapak yang berduri, tak mudah melewatinya. Tetapi harus ditunaikan—seberat apapun itu. Lelaki itu tak bercerita, namun ia merasakannya dengan taburan cinta. Ia mendengar perempuan itu bertasbih dengan air mata.
Bila lelah tidak cukup mewakili penantian, mungkin pantas kiranya aku menunggumu tanpa batas. Aku tak cukup mengenangmu, namun aku tak pernah jedah menuliskan tentangmu. Separoh dinding langit telah aku tulis tentang kisahmu yang anggun, namun engkau tetap memilih pergi. Memang pantas untuk pergi, karena bukan kehendakmu untuk tinggal namun ada kehendak Ilahi yang merayumu untuk pergi. Sementara membiarkanku menyepi dengan doa, dan aku tetap menunggumu hingga tak ada cinta lagi.
—Disini masih tetap sama, seperti dulu, tak ada yang berubah.








Ulasan
Belum ada ulasan.