Antologi puisi ini berjudul “Bermuka Dua”. Dalam antologi puisi ini, penulis mengambarkan berbagai perasaan penulis terhadap fenomena yang dirasakan. Beberapa puisi mengambarkan bertemakan pendidikan seperti “Guru”. Untuk rasa sayang dan kekaguman terhadap orang tua seperti tergambar pada puisi ‘Ayahku’ dan “Untuk Ibu”. Untuk protes sosial sepertu tergambar pada puisi “Bermuka Dua” dan “Jangan Salahkan Air”. Ada juga pusi yang berisikan kasih sayang seperti pada puisi “Gadis” dan “Indah”. Ada pula pusi yang menggambarkan ketuhanan seperti dalam puisi “Pohon Tua” dan dan “Dia Akan Datang”. Ada juga puisi yang bertema keindahan alam, seperti puisi “Dieng”, “Bulan Terang”, “Gerimis”, dan “Prambanan”. Selain itu beberapa puisi yang berisikan kemanusiaan, seperti tergambar pada puisi “Pohon Kelapa”.
Pembaca antologi ‘‘Bermuka Dua” karya Gunawan , akan merasakan pemakaian gaya bahasa repetisi, seperti terlihat pada puisi yang berjudul ‘Teratai’. Majas perumpamaan juga digunakan penulis, seperti pada baris ‘Ibu laksana batu karang’ pada puisi “Ibu”. Beberapa puisi ditulis secara akrostik, seperti puisi “Wanita Kuat” dan “Kebangkitan”.
Ulasan
Belum ada ulasan.